
Adat dan Budaya Berau Harus Dipertahankan
Tanjung Redeb -
Kabupaten Berau memiliki kekayaan adat dan budaya yang luar biasa, dan hingga kini masih terus dipertahankan, bahkan setiap tahun dilestarikan melalui berbagai momen dan bahkan diperlombakan, seperti lomba Ancur Paddas dan Puncak Rasul yang digelar di GOR Taruna Tanjung Redeb, Selasa (17/9) pagi kemarin.
Lomba ini dibuka Bupati Berau, H Muharram S.Pd MM, Ketua Sementara DPRD Berau, Madri Pani, Wakil Ketua Sementara DPRD Berau, Hj Sarifatul Sya'diyah S.Pd M.Si, pejabat vertikal serta tamu undangan lainnya.
Menurut Ketua Sementara DPRD Berau, Madri Pani bagi warga Berau, dua makanan ini, yakni Ancur Paddas dan Puncak Rasul ini bukanlah sesuatu yang asing, bahkan setiap momen yang sakral, seperti setiap peringatan hari jadi Kabupaten Berau, pemotongan puncak rasul menjadi salah satu agenda usai rapat paripurna istimewa di gedung DPRD, begitu pula Ancur Paddas bisa dipastikan dilombakan pada momen – momen tertentu.
Madri juga berharap Ancur Paddas dan Puncak Rasul tidak hanya dibuat saat peringatan agenda-agenda penting di pemerintahan, tapi juga menjadi tradisi di masyarakat. Misalnya, kata dia, disajikan saat memperingati hari kelahiran maupun pesta pernikahan, maupun kegiatan masyarakat lainnya.
Dikatakan Madri, untuk bubur Ancur Pedas ini rasanya sedikit pedas. Di Kampung Sei Bebanir Bangun, bubur ini biasa nya di sajikan saat ada upacara adat atau kegiatan selamatan. Ancur Paddas ini kadang di sajikan saat perayaan Bapallas Bidan, atau naik ayunan bagi warga yang baru melahirkan.
“ Membuat bubur pedas ini juga sangat sederhana. Dibutuhkan beras, udang kering kecil, sayuran (daun katuk), garam, bawang merah, bawang putih, cabai, serai, ketumbar, merica, kunyit, lengkuas, jahe dan kelapa,” urainya saat menghadiri acara lomba Ancur Paddas dan Puncak Rasul.
Puncak Rasul, jenis kuliner tradisional Kabupaten Berau, Provinsi Kalimantan Timur, dilestarikan dengan dimasukkan dalam lomba hari jadi Kabupaten Berau dan Kota Tanjung Redeb seperti sekarang. "Ini merupakan tradisi yang harus dipertahankan," ujar
Puncak Rasul, kata Madri, adalah kue dari bahan ketan disajikan menyerupai gunung dengan tiga warna yaitu kuning, merah dan putih, di puncaknya diberi telur ayam kampung yang didadar tanpa diberi bumbu.
“Saat zaman kesultanan di Kabupaten Berau, Puncak Rasul yang terbuat dari ketan dengan bentuk menyerupai gunung itu, dibuat untuk memperingati kelahiran Rasulullah Muhammad SAW (Maulid Nabi).
Saat ini, Puncak Rasul tidak hanya dibuat saat peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, tetapi Puncak Rasul pun kerap dibuat pada agenda-agenda penting di daerah ini. “Puncak Rasul pun biasanya menjadi rebutan warga, karena dengan mendapatkan Puncak Rasul diharapkan bisa mendapat berkah sesuai niat dari yang mengambilnya,” pungkasnya. (bangun banua)
0 Komentar